Konten [Tampil]
Sebuah status dari seorang konsultan perkawinan Ibu Ida Nurlaila sempat menarik perhatian ku. Yang isinya kira-kira begini :
Wanita itu memiliki struktur otak yang berkualitas majemuk sedangkan struktur otak lelaki berbalut tunggal. Itu sebabnya jika wanita memiliki ruang yang banyak untuk mengeksplor apa yang ada pada dirinya lebih banyak dibanding laki-laki.
Pernah lihat kalau wanita sedang perang mulut?
Jika dihitung kosakata yang keluar ketika perang mulut akan membuat Anda tercengang, barangkali akan berpuluh lembar halaman A4 dalam sekali pertengkaran. Wanita mengerahkan seluruh emosinya dan menggunakan verbalnya untuk melampiaskannya.
Wanita memilki banyak perbendaharaan kata yang akan ia ucapkan dalam suatu obrolan, inilah alasan mengapa wanita akan merasa sakit jika dibiarkan diam tanpa komunikasi.
Solusi
Karena kebutuhan menggunakan verbal ini begitu besar maka wanita membutuhkan sarana untuk.menyalurkannya. salah satunya adalah dengan menulis.
Menulis diary
Masih ada yang punya diary? Diary sempat booming ketika masa masa tahun 1900 dan ketika orang belum mengenal media sosial. Wanita butuh diary untuk mencurahkan isi hatinya yang tidak bisa ia ungkapkan secara langsung. Sisi hati wanita juga butuh di eksplor , karena banyak sekali rasa dan pemikirannya yang bergejolak dan butuh ruang untuk diungkapkan.
menulis Cerpen
Salah satu cara untuk menuangkan uneg-uneg adalah menulis cerpen. Cerpen dapat menjadi pilihan karena kita bisa sesuka hati memilih alur dan ending dari sebuah cerita. Jadi kalau kita menginginkan endingnya happy ya tinggal tulis yang bahagia aja deh. Kalau kita mau yang misteri juga kita tinggal pilih apa yang kita inginkan.
menulis novel
Dalam kisah-kisah yang kita temui sehari-hari kadangkala kita menemukan alur yang sangat komplit berhubungan satu sama lainnya dengan tema yang berbeda-beda. Maka tuangkanlah ke dalam cerita dalam bentuk novel. Cerita novel yang berasal dari imajinasi kita sendiri baik sekali untuk mengeluarkan apa yang ada di dalam benak kita. Misalnya dalam konplik berumah tangga kita bisa menjadikan sebuah cerita dengan penokohan orang ketiga. Di situ kita akan berusaha menjadi orang lain dan menyelesaikan masalah dengan cara pandang kita.
Menulis kisah inspiratif
Kisah inspiratif bisa menjadi pilihan dalam menuangkan ide-ide dan keresahan kita. Sangat banyak buku-buku yang sukses mendapat tempat di hati pembaca bertema inspiratif, poin pentingnya adalah setiap kisah yang ditulis dengan cara yang baik akan disukai oleh pembaca terlebih kisah tersebut adalah kiah inspiratif, kisah nyata yang dapat menginsfirasi banyak orang.
Menulis di Blog
Tidak bisa dipungkiri saat ini kecenderungan masyarakat di era digital adalah mengakses informasi dengan perangkat digital. Mereka membutuhkan banyak informasi yang dibutuhkan secara praktis dan cepat. Itulah sebabnya peran blogger sangat penting untuk menghasilkan konten-konten positif bagi banyak orang. Kita sebagai wanita yang memiliki segudang solusi atas semua persoalan dalam kehidupan maka menulis di blog adalah salah satu pilihan yang baik. Apalagi tulisan di blog dapat sepanjang masa di akses orng banyak. Jika informasinya bermanfaat akan menjadi amal jariyah untuk kita sebagai penulisnya.
Menulis status
Kecenderungan masyakarat bermedia sosial juga dapat diambil oleh para wanita untuk menyalurkan potensi verbal yang dimilkinya yaitu dengan membuat status positif di media sosial. Status positif banyak disukai oleh orang yang aktif di media sosial dengan cara share.
artikel terkait : Mau jadi Blogger Apa?
artikel terkait : Mau jadi Blogger Apa?
Inilah yang dapat dimanfaatkan wanita dalam mengelola talenta yang telah diberikan oleh Yang Maha Kuasa agar dapat menjadi positif dan bermanfaat bagi orang lain
menulis memang best obat buat aku mba :)
ReplyDeletemengurangi resah di dada
Deletesetuju, kalo aku lebih ke puisi sama blog hehe
ReplyDeletenice job
DeleteMenulis untuk menjaga kewarasan yaa mba.
ReplyDeleteBhahaha bener banget ya
Deletemenulis emang paling jitu melampiaskan apa yg ada dipikiran kita
ReplyDeleteKetimbang nyinyir bin ngomel ya mba
DeleteAku nulis diary sejak SMP, tp skrg udh pindahan nulisnya di blog dan sosmed. Haha
ReplyDeleteDiary nya di recycle mba jadi buku
DeleteSaya juga nulisnya di diary dan sifatnya lebih privacy karena isinya curhat semua hehe tapi setelah ada media untuk menyimpan tulisan di dunia maya beralih lah saya dari diary buku ke diary online eh blog maksudnya. Ia mbak, wanita memang butuh menulis untuk mengeluarkan uneg2nya yang sudah tak terbendung, hihi dan menurut saya menulis di blog yang paling oke😊
ReplyDeleteSekalian curhat sekalian eksis ya hehe
DeleteHihi. jadi ingat ada yang komentar kalau saya baru lahiran sudah langsung nulis lagi, saya jawab karena itu obat stress buat saya. beneran, baru ngerasain punya balita dan bayi rasanya nikmat syedaaaap sekali :D jadi menulis adalah caraku untuk stress release sedikit
ReplyDeleteEmang paling ampuh ya buat pengusir gundah gulana hehe
Deletemenulis memang menjadi obat stress paling ampuh buat aku :-D
ReplyDeletePantesan aku gak suka curhat sama orang lain karena udah nulis curhatan lewat diary sejak kecil, biarpun curhatannya dialih bahasa ke puisi karena takut ada yang baca n ketahuan😆
ReplyDeleteHehe kl diary bisa diulang ulang
DeleteYang pennting blog dan statusnya bukan hanya berisi curhat2 mellow yang ngga penting dan tidak layak diumbar ke publik ya mbak.
ReplyDeleteBanyak hal positif yang bisa kita bagikan melalui tulusan.
Mari terus menebar kebaikan dan befbagi manfaat untuk orang lain.
Terima kasih sharenya mbak.
Status yang bermanfaat ya mba yuu
DeletePas emosi, jangan nulis status. Bahasanya kasar...yang baca salah kaprah. Kalau nulis d blog juga hati2, sebab langsung dibaca orang banyak. Kalau cerpen n fiksi lainnya...oke lah. Nanti tinggal alibi: kan fiksi. Hehe
ReplyDeleteHahaha betul banget padahal emosinya udah ngalir di cerpen semua
DeleteSaya biasanya nggak terlalu berani menyetatus soal masalah misal, biasanya saya lebih suka mengaburkannya dengan menuliskannya menjadi tulisan fiksi atau nonfiksi, dan alhamdulillah memang jadi jauh lebih lega :D
ReplyDeleteLegawa ya mba
DeleteWriting is the best remedy ya Mba! Daripada misuh-misuh mending dituangkan dalam tulisan, in shaa Allah setelahnya jadi lega 😁
ReplyDeletenulis memang jadi media paling efektif ya, mbak buat meluapkan emosi. tapi kalau saya biasanya nunggu setelah emosi reda baru mulai nulis biar tulisannya nggak berasa emosional
ReplyDeleteAjib bener banget ya mba kalau sedang emosi jadi tidak terkontrol
DeleteWah, mengisi diary masih sampe sekarang nih Mba... HeHe
ReplyDeleteWah keren dong masih punya diary
DeleteWah setuju Bun. Klo saya menyalurkannya dengan menulis diari, menulis di blog n menulis di status fb hahaha. Klo nulis diary yg sifatnya privacy aja. Nulis di blog klo pngen berbagi ilmu aja n klo nulis di fb yang sifatnya spontan harus dikeluarkan hahah
ReplyDeleteNah itu hehe
DeleteSetuju..nyinyirlah yang membawa manfaat baik bagi diri sendiri terlebih lagi buat sesama :)
ReplyDeleteMenulis itu memang menyehatkan ya mbak...
ReplyDeleteMenulis kesemuanya memang butuh proses yaaa.. tapi memang senengnya klo nulis blog itu bisa saling berkunjung/BW.. kalo nulis buat novel entah kenapa banyak sandungannya.. belum lanjut2 lama prosesnya hehe
ReplyDeleteSetuju mbak. Aku kalo lagi kesel kutulis semuanya deh dan setelah itu lega bgt. Dgn begini kan kita gak perlu ngomel" yg menguras tenaga hehe
ReplyDelete
ReplyDeleteMenulis memang obat mujarab ya mbak
Pada intinya, menulis ya mbak, menulis apa saja..
ReplyDeleteKendalanya, beberapa kali saya temui ada peserta lain di pelatihan menulis yang mengaku kesulitan menuliskan apa yang ia rasakan atau pikirkan, padahal diakuinya juga dirinya sebetulnya cerewet. Kalau sudah begitu, mungkin solusinya mulai saja dulu ya, Mbak, makin dipikirin nanti malah nggak jadi-jadi nulis, hehehe. Kalau menurut Mbak, bagaimana?
ReplyDeleteMenulis sangat ampuh buatku yang cenderung cerewet dan butuh teman ngobrol.
ReplyDeleteKalau nulis sebuah masalah di media aku jarang ya... Paling kalau lagi badmood ya pelariannya masalah tersebut dibuat artikel, sekalian bisa cari solusinya.
ReplyDeleteSetuju banget lah, Mbak. Nulis tuh bikin lega luar biasa. Udah nyobain semua nulis yang disebut di atas. Tapi novelnya masih otw terbit sih hehe
ReplyDeleteMEnulis itu memang terapi jiwa. Untungnya kita udah terbiasa menulis. Karena ternyata untuk mulai menuliskan sesuatu itu susah sekali bagi yang jarang melakukannya. Adekku contohnya hehehe
ReplyDeleteBener mba.. sudah banyak media menulis sekarang. Tinggal pilih sesuai keinginan.. yang penting adalag tetap bermanfaat. Terimakasih artikelnya mba ^^
ReplyDeleteSaya termasuk nggak suka menulis tentang hal pribadi mbak. Jadi kalau ada yang bikin kesel, suami saya jadi diary hidup..heheh
ReplyDeleteDulu sebelum kenal blog aku selalu nulis di buku diary hihi
ReplyDeleteRasanya ada yang kurang kalau nggak menulis dalam sehari ya.
ReplyDelete