Konten [Tampil]
Awal Desember lalu saya mengikuti kajian seminar yang diselenggarakan oleh Unesa Surabaya. Ada kajian yang cukup menarik yang disampaikan oleh pemakalah tentang Budaya dan Etnomatematika. Bahasan ini mampu memukau peserta seminar saat itu. Nah, saya akan mengupas sedikit tentang Etnomatematika serta kaitannya dengan budaya bangsa Indonesia.
Indonesia dianugerahi berbagai adat istiadat yang demikian beragam, ada suku-suku yang mempertahankan warisan budaya hingga saat ini, ada pula kebiasaan masyarakat yang tidak bisa lepas meskipun sudah didera arus teknologi tinggi. Bahkan menyadari kebutuhan masyarakat akan arus informasi ini beberapa budaya yang sudah usang mampu digalakkan lagi agar tetap lestari hingga saat ini. Inilah kehebatan bangsa Indonesia.
Kajian unsur-unsur budaya meliputi: lukisan, ornamen pemukiman, model rumah adat, satuan tidak baku di masyarakat. Semua itu ada dan berkembang di masyarakat sering digunakan sehari-hari oleh masyarakat.
Ornamen-ornamen yang ada pada setiap daerah-daerah di Indonesia pada dasarnya memiliki nuansa Etnomatematika baik dalam bentuk, motif maupun simbol-simbol yang terkandung di dalamnya. Lalu apakah yang dimaksud dengan kajian Etnomatematika? Menurut seorang matematikawan asal Brasil D'Ambrosio Etnomatematika adalah matematika yang diterapkan oleh kelompok budaya seperti masyarakat tertentu, masyarakat adat, kelompok tertentu.
Beberapa unsur-unsur budaya yang ada di Indonesia ternyata tidak bisa lepas dari matematika. Lho..apa ada hubungan nya? Nah, inilah yang akan kuceritakan bahwa unsur budaya Indonesia tak bisa lepas dari kajian matematis.
Ruang lingkup Matematika
Matematika merupakan ilmu yang mempelajari tentang aljabar, geometri, barisan bilangan, kalkulus, logika serta peluang. Diantara ruang lingkup kajian matematis tersebut banyak yang merupakan simbol dan unsur budaya yang ada di masyarakat sudah sejak lama secara turun temurun hingga saat ini.
Kajian Matematika yang terdapat dalam budaya bangsa Indonesia inilah yang dinamakan dengan Etnomatematika. Berikut beberapa budaya yang dapat kita temukan yang berkaitan erat dengan matematika:
Kajian Matematika yang terdapat dalam budaya bangsa Indonesia inilah yang dinamakan dengan Etnomatematika. Berikut beberapa budaya yang dapat kita temukan yang berkaitan erat dengan matematika:
Lambang bilangan pada masa kerajaan Majapahit
Relief pada bangunan peninggalan kerajaan Majapahit |
Sejak zaman kerajaan Majapahit masyarakat telah mengenal angka serta satuan berat dan panjang untuk berkomunikasi, bukti bukti sejarah tentang kerajaan Majapahit dapat terlihat pada relief bangunan peninggalan kerajaan Majapahit, artefak budaya serta warisan kerajaan.Gambar diatas adalah salah satu contoh dari relief pada bangunan peninggalan kerajaan Majapahit. Ada kesimetrian, bangun datar berupa lingkaran, segitiga. Ini merupakan bukti bahwa masyarakat zaman kerajaan Majapahit telah mengenal adanya konsep bangun datar dan kesimetrian serta trigonometri.
Penggunaan basis bilangan budaya Jawa
Pada masyarakat Jawa terkenal basis bilangan yang secara turun temurun digunakan dalam berkomunikasi, misalnya satuan berat, satuan panjang, maupun satuan jumlah tertentu. 1 (siji), 2 (loro), 3 (telu), 4 (papat), 5 (limo), 6(enam), 7 (pitu), 8 (wolu), 9 (songo), 10 (sepuluh). Angka-angka Jawa ini telah menggunakan konsep bilangan asli dalam matematika.
angka jawa |
Pola anyaman bambu
pola anyaman bambu |
Pada masyarakat Sumatera anyaman bambu yang digunakan untuk membuat bronang, keranjang, kiding maupun tikar terdapat pola yang teratur, pola ini dapat membentuk barisan matematika. Misalnya pada anyaman tikar terdapat pola 2 2 1, pola ini sendiri dapat di olah dan dijadikan barisan bilangan yang sangat indah. Inilah pola bilangan yang telah diterapkan oleh masyarakat Indonesia sejak dahulu. Pola anyaman bambu dapat juga diterapkan pada pola anyaman pada tikar, tali temali. Dahulu anyaman ini diperuntukkan bagi pembuatan tikar, wadah perabotan rumah tangga maupun alat-alat untuk mengangut hasil-hasil pertanian.
Pola ornamen rumah tanah Toraja
ornamen pada dinding rumah tanah Toraja |
Ornamen rumah Tanah Toraja menyerupai bentuk bangun ruang yakni bentuk Limas, sungguh suatu bentuk yang sangat teratur telah dikenal oleh masyarakat dahulu sebelum ilmu matematika itu sendiri di kenal oleh masyarakat saat itu. Ornamen rumah tanah Toraja memiliki corak yang menarik. Terdapat konsep kesimentrian, bangun ruang, pola bilangan pada coraknya.
Lukisan Kayu Asmat
Lukisan Kayu pada suku Asmat banyak terkandung simbol-simbol matematis, terdapat konsep kesimetrian, bentuk lingkaran, dan pola bilangan. Dalam beberapa gambar terdapat menyerupai gambar makhluk hidup seperti hewan, tumbuhan maupun manusia namun dalam beberapa gambar tidak bisa lepas dari konsep lingkaran, dan kesimetrian.
Batik Sendang Duwur merupakan batik khas dari daerah Lamongan. Pada corak dan motif Batik Sendang Duwur terdapat pola bangun datar seperti lingkaran, segitiga, segiempat, serta elips.
Tenun ikat adalah kain tenun yang dibuat dengan menggunakan alat tenun. Beberapa daerah seperti Sumba, NTT, Toraja, Jepara memiliki tenun ikat dengan motif dan corak yang khas. Dari kekhasan tersebut dapat ditarik garis besar bahwa tenun ikat pada dasarnya menggunakan konsep kesimetrian, corak pada tenun ikat memiliki benang merah yakni bergaris-garis mengikuti alur tertentu. Bentuk lainnya yaitu lingkaran, segitiga, garis lurus adalah corak yang umum pada tenun ikat. Tenun Ikat Timor Timur lebih jelas lagi konsep matematis yang terdapat pada kain. Ada konsep bangun datar, segiempat, segitiga, lingkaran serta bangun datar lainnya yang dijadikan corak utama. Motifnya kaya akan nuansa matematik.
Ume Kubu
Ume Kubu adalah rumah adat Bentuknya kerucut alasnya lingkaran. Didalamnya tidak ada kamar dan apapun, semua aktivitas dilakukan di satu ruangan, Bentuk Ume kubu ini sangat kental dengan nuansa Etnomatematika,
Rumah adat Manggarai atau dikenal dengan Mbaru Gendang bentuknya kerucut yang alasnya lingkaran. Masyarakat Manggarai membangun rumah mereka dengan memanfaatkan alam sekitar yakni dedaunan. Bentuk bangun ruang seperti tabung, irisan kerucut dan kerucut telah dikenal oleh masyarakat Manggarai sejak dahulu kala. Mbaru Gendang ini biasa menjadi temapt tinggal para tetua adat. Didalamnya sering digunakan untuk musyawarah adat dalam memutuskan suatu masalah.
Rumah adat Sumba Barat atau dikenal dengan Uma Bokulu memiliki ciri seperti bangunan geometri dengan atap berbentuk limas, Atapnya terbuat dari dedaunan sedangkan bagian alasnya terdapat bangunan segiempat.
Ornamen ornamen yang ada pada setiap daerah-daerah di Indonesia pada dasarnya memiliki nuansa Etnomatematika baik dalam bentuk, motif maupun simbol-simbol yang terkandung di dalamnya.
Semua kajian tersebut merupakan konsep-konsep matematika yang meliputi Simetri, rotasi, translasi, refleksi, dilatasi, konsep bangun ruang meliputi segitiga, lingkaran, segiempat, limas, kerucut, bahkan prisma serta konsep pola bilangan seperti barisan bilangan, dan deret.
Inilah mengapa kajian tenang Etnomatematika ini erat kaitannya dengan budaya yang ada di Indonesia. Bahkan di beberapa daerah pendidikan tentang matematika telah diberikan meskipun sebelum menginjak bangku sekolah. Anak-anak akan lebih mengenal matematika dengan melihat benda-benda bangun ruang maupun konsep pola bilangan yang telah mereka kenal sebelumnya.
Misalnya ketika mengenalkan bangun ruang, siswa terlebih dahulu diberikan apersepsi tentang bentuk atap rumah adat setempat sehingga anak semakin memahami konsep bangun ruang yang sebenarnya.
Nusantara memang kaya ......
ReplyDeleteKaya banget, bahkan ketika nenek nenek yang gak kenal huruf huruf pun mengerti tentang matematika sederhana seperti ketika menganyam tikar
Deletekeren y mba baru tahu tentang etnomatematika ini :)
ReplyDeleteBener mba Herva, kaya banget ya Indonesia dan budayanya
Deletenambah ilmu baru nih :).. jd tau apa itu etnomatematika :)
ReplyDeleteSip..
DeleteIndahnya matematika dalam budaya. Baru tau mengenai etnomatematika 😁 tfs mbaak 😊 salam kenal 😁
ReplyDeleteSalam kenal juga mba lusi
DeleteWah aku baru tau loh tentang ilmu yang satu ini. Ternyata Indonesia punya ya? Ku kira ilmu - ilmu kayak gini cuma punya bangsa asing kayak sempoa dll (cmiiw) thanks artikelnya mbak!
ReplyDeletePenemunya Memnag ilmuan luar dari Brazil, masuk ke Indonesia ternyata lebih kaya lagi, banyak banget nuansa budaya kita dalam matematika
DeleteWah... Jika ditelaah lebih detail matematika memang sudah ada dan sudah kita gunakan sejak lahir ya. Sejak kita belum ngeh bahwa itu bagian dari ilmu matematika itu sendiri :)
ReplyDeleteIya, pola anyaman bambu itu sebetulnya rumit lho, namun nenenk moyang kita bisa memecahkannya
DeleteAku jadi pusing, Mbak :'D Hiks hiks
ReplyDeleteSini tak puter puter hehe..
DeleteBaru kali ini tahu tentang etnomatematika. :D
ReplyDeleteHehe ilmunya baru ada sekitar pertengahan abad ini, tapi nenek moyang kita sudah mempelajarinya sejak dahulu
DeleteIya, keren ya nenek moyang kita. Ternyata pola-pola pengukuran yang berdasarkan matematika banyak diterapkan. Di suku Baduy, Minang, dan Sunda pun sama ada hitungan-hitungan tertentu. Kalau di kampung dulu kakek nenek sering menghitung waktu tanam padi sekian hari sekian bulan.
ReplyDeleteSuku badui, Minang juga ya mba, rumah bagonjongnya itu sangat bagus pasti dihitung secara cermat ketika pembuatannya
DeleteKita patut berbangga hati, karena leluhur kita pintar-pintar ya... Warisan budaya yang ada sejak dulu, dalam pembuatannya memerlukan perhitungan yang akurat.
ReplyDeletemeskipun mereka tidak mengenyam bangku sekolah ya..
DeleteWah.., hebatnya orang2 dulu ya.,! Tanpa disadari aljabar sudah dipraktekkan oleh nenek moyang kita dulu dalam membangun rumah, dan ornamen lainnya! Luar biasa.,!
ReplyDeleteitu membuktikan bahwa matematika bukanlah ilmu yang sulit, justru merupakan ilmu yang sudah akrab dengan kehidupan kita sejak zaman dahulu
DeleteWah ternyata kaya banget ya mba. Dan ga nyangka rumah dan bangunan lama ternyata juga didesai dengan menggunakan rumus matematika. Banyak hal di sekitar yang rupana menerapkan sains ya.
ReplyDeletebetul mba, ternyata nenek moyang kita pinter-pinter ya..
DeleteTerdapat aspek kehidupan yaaaa
ReplyDeletebanyaak om cum
DeleteGlegh... matematik aja aku ngga doyan mba hahaha... ampun deh dapet angka 5 melulu kalau sekolah, makanya dulu cita2 jadi arsitek terhapuskan gegara ngga doyan angka, jadi penikmat aja kayak hasil2 budaya ini :D
ReplyDeletedikasih toping coklat, mba biar lebih doyan haha..
Deletewah betul juga ya, gak nyangka matematika bisa ada di kearifan lokal , artinay ilmu matematika memang ilmu yang sudah laam ada ya
ReplyDeleteEtnomatematika. Eung....tapi nggak ada yang bercorak rumus integral atau rumus phytagoras, kan? :D
ReplyDeleteetnomatematika ....... aku baru denger ni namanya mbak
ReplyDelete