Konten [Tampil]
Pada awalnya aku memutuskan untuk kuliah tentu keputusan yang penuh intrik, yaelah..kok kuliah jadi intrik, setidaknya ada riak-riak tak berkesudahan di hatiku, galau istilahnya atau 'dilema' bahasa resminya.
Mengapa harus Dilema
Keputusan kuliah lagi sebetulnya bentuk rasa kesetiakawanan pada sahabat. Ia memelas minta aku melanjutkan kuliah menemaninya, hitung-hitung untuk tabungan jika kelak tiba- tiba ada aturan yang mengharuskan pendidikan minimal pascasarjana, baiklah akhirnya aku melalui masa masa kembali menjadi mahasiswa.
Menunaikan tugas negara adalah salah satu peran utama |
Ternyata menjadi mahasiswa ketika telah berkeluarga apalagi sudah terikat dengan pekerjaan sangat berat. Kalau boleh dibilang beraat banget. Meski perkuliahan tidak mengganggu jam kantor namun efeknya mulai terasa di bulan-bulan pertama.
Nongkrong di perpustakaan adalah salah satu cara menjalani peran sebagai mahasiswa |
Aku harus beradaptasi dengan irama anak kuliahan dengan berbagai tugas maha berat, jadwal kuliah yang bisa saja berubah sewaktu-waktu sesuai keinginan sang dosen acapkali membuatku kalang kabut membatalkan jadwal belajar bersama anak-anak. Belum lagi tugas-tugas makalah, penelitian yang membutuhkan perhatian dan ketelitian yang tinggi membuat ku kelimpungan mengatur semua agenda agar tidak berantakan.
Kondisikan hati
Akhirnya masa-masa kuliah benar- benar menjadi kenyataan tanpa bisa aku menolaknya. Sebuah pertarungan batin diantara banyak kewajiban yang harus aku penuhi. Menjadi istri dan ibu dengan tugas seabrek-abrek, menghandle sendiri pekerjaan rumah tanpa asisten rumah tangga. Menjadi karyawan dengan tugas dan kewajiban yang tidak sedikit, dan terakhir menjadi mahasiswa dengan tugas tugas kuliah. Lahaulawalakuwatailabillah.
Dibalik kesulitan pasti ada kemudahan
Berbulan bulan menjalani tiga profesi tersebut membuatku semakin hati-hati dalam membuat agenda, jangan sampai ada satu kewajiban yang terbengkalai. Aku berusaha mengatur jadwal seperfect dan seefektif mungkin jangan sampai semua yang telah kujalani menjadi bumerang dikemudian hari. Aku tidak menginginkan hal itu.
Di satu sisi aku ingin menjadi istri yang bertanggungjawab terhadap suami, ibu yang bertanggungjawab terhadap anak-anak. Di sisi yang lainnya aku juga harus menjadi bawahan yang patuh aturan mengerjakan semua tugas dan kewajiban yang telah menjadi peraturan. Di sisi lainnya lagi aku pun harus menyelesaikan tugas sebagai mahasiswa tepat waktu.
Mengantar Buah hati ke sekolah, membimbing dan mendidik mereka salah satu peran utama |
Namun sebagai manusia biasa segala yang aku kondisi kan sebaik mungkin pastilah ada celahnya, beberapa celah tersebut bisa saja terjadi karena keteledoran, kelemahan dan ketidak hatihatianku dalam bertindak. Misalnya pas jam kuliah berbarengan dengan jadwal les anak, ketika sedang UAS di kuliahan saat itu juga ulangan harian anak sendiri. Rasanya pengen teriak sekencang kencangnya mohon diberikan raga sebanyak dua buah agar bisa hadir pada saat yang bersamaan, yaitu mendampingi buah hati belajar dan juga belajar untuk kepentingan UAS perkuliahan.
Atau dalam kasus lainnya, saat harus mengisi kegiatan kantor mesti izin untuk mengikuti perkuliahan. Seandainya saja ada kantong Doraemon mungkin saya hanya minta satu permintaan saja, membelah raga ini sehingga bisa berada di dua tempat tersebut dalam waktu yang bersamaan, haha..
Suatu ketika ada kuliah dadakan yang harus aku hadiri di luar jadwal, ternyata jam tersebut adalah waktu anak anak les. Praktis lah hari itu aku menjadi pembalap dadakan, jam 10 menghadiri kuliah, saat 10 menit terakhir aku minta izin sama pak dosennya, lalu dengan langkah seribu berlari mengambil motor dan memacunya membelah jalanan dan berharap agar tidak terlambat mengantar Kakak les, bayangkan saja waktu tempuh yang biasanya 45 menit menjadi 30 menit saja.. mesti Kakak terlambat beberapa menit di tempat lesnya, namun tak apalah daripada tidak hadir sama sekali. Selesai tugas mengantar kakak les cabut lagi ke kampus mengikuti perkuliahan yang kedua hingga sore hari.
Pulangnya, masih harus mikirkan menu makan malam keluarga kecilku. Semua dihandle sendiri, karena suami juga pulang sore hari. Saat malam menjelang badan remuk redam rasanya. Namun masih harus mengumpulkan tenaga buat aktivitas keesokan harinya.
Berikan Pekerjaan kepada Orang yang Sibuk
"Berikan pekerjaan kepada orang yang sibuk, niscaya kau akan lihat ketuntasannya"
Pepatah itu selalu terngiang ngiang di telinga ketika di perjalanan menuju kampus, menjadi 'tukang ojek' buat anak-anak atau ketika mendidik generasi bangsa.
Iya, saat sibuk otak akan terus terpacu untuk untuk bisa menyelesaikan semua pekerjaan sesempurna mungkin. Setidaknya itu adalah harapan ku saat ini.
Memang semua tidak se-ideal mimpiku, menjadi mahasiswa teladan dengan nilai minimal baik, lalu menjadi pegawai percontohan serta menjadi ibu yang sukses dalam satu waktu. Haha..rasanya tidak mungkin.
Ya, ini memang tidak mungkin terjadi. Saya cuma berandai-andai saja karena keinginan hati untuk bisa sempurna dalam berbagai peran ternyata tidak semulus yang saya inginkan. Mana ada seseorang bisa sempurna dalam berbagai peran, mestilah ada salah satu peran yang ia utamakan. Atau kalau ia ingin unggul dalam suatu peran maka ia harus mengorbankan peran yang lainnya.
Namun setidaknya tidak melempar satu tanggungjawab lalu membiarkannya demi tanggungjawab yang lainnya. Idealnya berbagai tanggungjawab tersebut mestilah jalan beriringan hitung-hitung bisa seperti kata pepatah
'sekali merengkuh dayung dua tiga pulau terlampaui'
Sekali berjalan tiga peran dapat maksimal dilakukan. Itu keinginanku, kenyataannya biarlah waktu yang menjawabnya. Ikhtiar sudah dilakukan hasilnya? serahkan semua kepada Yang Maha Kuasa.
Saat ini, yang terpenting bagiku adalah berusaha semaksimal mungkin menjalankan semua peran sesuai kemampuanku, itu saja.
Lomba blog 'Dilema'
iya bener banget mba saya setuju sama ini "Berikan pekerjaan kepada orang yang sibuk, niscaya kau akan lihat ketuntasannya" kadang ketika kita diporsir justru ide dan inisiatif malah berkembang kebalikan dengan adanya waktu luang si malas malah dominan :p
ReplyDeletebtw gudluck y mba keren ih suka ngiri sama yang bisa lanjutin pendidikan lagi ^^
Mba herva juga ruar biasa..bisa optimal nulis blognya, semoga cepat berlalu ya...amin
DeleteMba herva juga ruar biasa..bisa optimal nulis blognya, semoga cepat berlalu ya...amin
DeleteWah salut juga bisa menjalani tiga peran sekaligus. Aku yang satu peran aja sebagai ibu rumah tangga kadang masih suka keteteran :)
ReplyDeleteSemangat mba, bisa masak yang enak deh untuk anak anak.. kangen sama resep mba liany
DeleteSemangat dan sehat terus ya mba dlm menjalani 3 peran mulia ini..aku baca tulisan ini jd kebayang ketika mulai kuliah lg di aussie nanti sekaligus urus anak..hihi..mohon doa ya mba
ReplyDeleteAusie, titip gendong sama kangguru ya.. haha iya betul mesti kuat kuatin deh, semangat mba..
DeleteHuaa...kebayang dilemanya Mbak. Saya pernah ada di posisi serba dilema seperti itu. Tapi saya hanya bisa bertahan 2 bulan aja. Berat badan turun drastis...hihihi...
ReplyDeleteIni udah tinggal tulang dibalut kulit hehe, dagingnya udah terbang bersama aktivitas yang tak berujung, tetep semangat..
DeleteSetuju dengan "Berikan pekerjaan kepada orang yang sibuk, niscaya kau akan lihat ketuntasannya"
ReplyDeleteGa tau gimana ya tapi makin padat jadwal, meski pusing tapi insyaAllah bisa kelar. Kalau ga ada kerjaan malah makin males.
helenamantra dot com
Waah kereeen mba,,. saya tipe sulit membagi fokus, jadi enggak bisa banyak2, heu
ReplyDeleteBetul sekali, Mbak, dijalani dengan enjoy, berusaha semaksimal, insya Allah hasilnya akan sukses dan membahagiakan :)
ReplyDeleteGaya bahasamu memang khas mbak, saya jarang kesini sih.. jadi nalu sama kesibukanku yang cuma bubuk manis haha
ReplyDeletetapi btw.. komennya dikasih name and url donkk haha..
jadi ingat jaman perang, eh jaman kuliah lagi udah jadi emak2 beranak 2.
ReplyDeletemau sidang proposal aja sampai mecahin telur setengah kilo, saking paniknya. alhasil, mau berangkat kudu masak orak arik telur dulu biar nggak busuk.
mau ini, mau itu, eh anak sakit, suami sakit. ada ajaaa kendala.
pokoknya bismillah, udah deh, berangkat dan alhamdulillah kuliah selesai dan semoga ilmunya bermanfaat walau saya memilih jadi freelancer sekarang.